Selasa, 19 Juli 2016

KTI GUNUNG BROMO 2015/2016 (SMAN 1 SIDAREJA)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL
Kunjungan wisata adalah suatu kegiatan rutin yang diadakan oleh SMAN 1 SIDAREJA karena bertujuan untuk media pembelajaran dan rekreasi. Selain itu juga kunjungan wisata ini dapat mengembangkan cinta terhadap tanah air, dan mempunyai rasa bangga terhadap apa yang sudah dimiliki oleh negara Indonesia ini. Lain halnya dengan tahun ajaran sebelumnya kunjungan wisata tahun ini berbeda dengan tahun ajaran sebelumnya.
Dimana pada tahun sebelumya melaksanakan  studi wisata ke pulau Bali, dan pada tahun ajaran ini studi wisata dilaksanakan masih didaerah pulau Jawa yaitu tepatnya di Jawa Timur. Dengan mengunjungi obyek sebagai berikut : Gunung dan Kawah Bromo, Jatim Park 1, Museum Angkut, dan Petik Apel Malang. Kota Batu adalah salah satu kota di Jawa Timur yang merupakan kota wisata tidak kalah dengan keindahan pulau Dewata, keindahan wisata batu juga sangat memikat hati para wisatawan.
Membuat kita semakin bersyukur atas anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu obyek wisata yang sangat memikat hati penulis adalah Keunikan Gunung Bromo dan Budaya Masyarakatnya. Oleh karena itu penulis tertarik pada obyek ini sehingga penulis menulis Pemaparan studi wisata ini dengan judul “Keunikan Gunung Bromo dan Budaya Masyarakatnya”. Pemandangan ini jarang ditemukan dikota-kota lainya, pemandangan alam yang sejuk dan indah serta budaya yang berbeda yang dimiliki oleh penduduknya sehingga tak heran turis-turis mancanegara berkunjung ketempat ini.


B.     PENEGASAN JUDUL/ ARTI JUDUL
Lokasi dan letak obyek wisata gunung Bromo terkenal dengan keindahan sunrise atau matahari terbitnya, namun ada keunikan lain dari gunung ini yaitu adanya lautan pasir  berbentuk kaldera yang luas yang berada di atas gunung. Selain melihat keindahan matahari terbit dari puncak penanjakan 1 Bromo  serta kawah gunung Bromo yang mengeluarkan asap belerang putih yang terkenal tersebut. Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang dewa utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur.
 Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

C.     TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan laporan perjalanan studi wisata ini antara
lain :
1.      Mengetahui lokasi gunung Bromo.
2.      Mengetahui sejarah terbentuknya gunung Bromo dan kawahnya.
3.      Mengetahui keadaan penduduk baik dari segi sosial dan non sosial.
4.      Mengerti tentang budaya-budaya masyarakat asli sekitar gunung Bromo.

D.    MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari kegiatan ini kami dapat memperoleh banyak informasi tentang pengetahuan mengenai tempat wisata di Indonesia khususnya Jawa Timur sebagai berikut :
1.      Menambah wawasan bagi peneliti untuk mengetahui tentang wisata Bromo, Malang, dan sekitarnya.
2.      Memberi kepuasan jasmani dan rohani.
3.      Memberi informasi kepada pembaca tentang provinsi Jawa Timur.
                                   






















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    LETAK GEOGRAFI PROVINSI JAWA TIMUR
Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa,  Jawa Timur terletak di pulau Jawa bagian paling timur. Jawa Timur terletak antara 111,0′ BT hingga 114,4′ BT dan garis lintang 7,12” LS dan 8,48 ‘LS dengan luas wilayah 47.157,72 .Secara umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu Jawa Timur daratan dengan proporsi lebih luas hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Propinsi Jawa Timur dan wilayah kepulauan Madura yang hanya sekitar 10 % saja. Jawa Timur mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 Km.
B.     BUDAYA MASYARAKAT JAWA TIMUR
Jawa Timur terdiri dari beberapa suku atau ras yaitu : Suku Jawa sekitar 79%, Suku Madura sekitar 18%, Suku Osing sekitar 1%, dan Tionghoa sekitar 1%. Sedangkan agama yang dianut masyarakatnya yaitu Agama Islam sekitar 96,36%, Agama Kristen 1,70%, Agama Katholik 0,62%, Agama Budha 0,16%, Agama Hindu 0,30%, Konghucu 0,02%, dan Lain-lain 0,01%. Sehingga tidak heran dengan begitu ragamnya suku maupun agama yang menimbulkan budaya yang berbeda-beda antar tempat di Provinsi Jawa Timur. Budaya masyarakat Jawa Timur pun tidak jauh berbeda dengan Provinsi Yogyakarta seperti halnya : tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Ada juga upacara kasada didaerah dekat kawah Bromo yang dilaksanakan oleh para pemeluk agama Hindu yang tersisih karena kedatangya agama Islam di Provinsi Jawa Timur, yang lebih dikenal dengan nama Suku Tengger. Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu umumnya yang memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan. Untuk melakukan peribadatan maka mereka akan melakukannya di punden, danyang dan poten.
C.     POTENSI PARIWISATA JAWA TIMUR
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang kaya akan pariwisatanya baik alami maupun buatan. Apalagi Jawa Timur dikenal dengan adanya wisata batu, dan dapat diketahui wilayah Jawa Timur 90% adalah daratan tidak heran ada sebuah pegunungan yang siap memanjakan mata jika melihatnya.
Tempat wisata yang alami contohnya :  gunung Ijen dan gunung Bromo, kawah Ijen, air terjun Coban Dudo dan air terjun Sedudo, Goa Tabuhan di Pacitan,  Taman Safari, Pantai Plengkung di Banyuwangi dan masih ada banyak yang lainya. Sedangkan tempat wisata yang buatan misalnya :  Jatim Park 1 dan 2, Museum Angkut yang baru-baru ini dibuka sekitar bulan Maret 2014, Batu Night Spectacular (BNS) dan masih banyak lagi berbagai tempat wisata buatan di Provinsi Jawa Timur.
Tapi paling banyak yang dikunjungi oleh para wisatawan adalah gunung Bromo, selain wisatan local lokasi ini juga dikenal oleh manca negara. sejarah gunung Bromo. Legenda Bromo tengger wiisata Bromo.  Konon pada jaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal hingga pada akhirnya mereka terpisah menjadi dua bagian yan pertama menuju ke gunung Bromo, kedua menuju Bali.
 Kedua tempat ini sampai sekarang mempunyai dua kesamaan yaitu sama-sama menganut kepercayaan beragama Hindu. Disebut suku Tengger di kawasan gunung Bromo, nama tengger berasal dari legenda Roro Anteng juga Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai gunung Brahma. Orang Jawa kemudian menyebutnya gunung Bromo.
 Banyak juga tempat-tempat wisata kuliner yang berada di Jawa Timur misalnya warung sate madura. Sate Madura sangat terkenal sebagai masakan yang berasal dari Madura yang enak. Atau ada onde-onde mojokerto.














BAB III
METODOLOGI
A.    METODE PENGUMPULAN DATA

1.      Sumber Data
Data – data yang penulis peroleh berasal dari beberapa sumber yang dapat dipercaya kebenarannya. Sumber tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Kunjungan objek secara langsung.
b.      Internet
Data - data mengenai Keunikan Gunung Bromo dan Budaya Masyarakatnya bersumber dari situs–situs tertentu di Internet.

2.      Waktu Pelaksanaan
Laporan studi wisata ini, disusun berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama kegiatan studi wisata ke Bromo dan Malang yang dilaksanakan pada :
Hari                 : Senin- Kamis
Tanggal           :  05 Januari 2015 s/d 08 Januari 2015.

3.      Objek Penelitian
Obyek yang dikunjungi rombongan peserta studi wisata SMA Negeri 1 Sidareja adalah Gunung Bromo dan Kawahnya, Jatim Park 1, Wisata Petik Apel, dan Museum Angkut. Tapi penulis memfokuskan penelitian pada objek wisata Gunung Bromo dan Kawahnya.
.

4.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan studi wisata ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa :
a.       Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan mengamati obyek wisata secara langsung.
b.      Metode Studi Pustaka
Metode Studi Pustaka digunakan untuk menambah dan melengkapi informasi sebagai keterangan tambahan, penulis juga menggunakan data-data yang berasal dari selebaran dan internet mengenai obyek wisata yang dikunjungi.
c.       Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara dari penulis untuk mendokumentasikan gambar-gambar obyek wisata di Jawa Timur dan mencari informasi tambahan di internet.
5.      Instrumen
Dalam mengumpulkan data, penulis dibantu oleh alat - alat  yang mendukung dalam proses  pengumpulan data, alat-alat tersebut antara lain:.
1.      Instrumen observasi secara langsung
a.       HP kamera untuk mendapatkan foto yang berkaitan dengan obyek yang akan dilaporkan oleh penulis.
b.      Berbagai alat tulis yang digunakan.
2.      Instrumen yang digunakan untuk pencarian lewat Internet
a.       Komputer.
b.      Mesin pencetak  digunakan untuk mencetak data yang  telah diperoleh melalui internet atau dengan pengetikan.

B.     METODE  PENULISAN
a.      Sistematika
           Dalam pembuatan laporan perjalanan ini, penulis menggunakan metode sistematika sebagai berikut:
        BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Pemilihan Judul  
B.     Penegasan  Judul
C.     Rumusan Masalah
D.    Tujuan Penelitian
E.     Manfaat Penelitian
                        BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.    Letak Geografis Provinsi Jawa Timur
B.     Budaya Masyarakat Jawa Timur
C.     Potensi Pariwisata Jawa Timur
BAB III METODOLOGI
A.    Metode Pengumpulan Data
1.      Sumber Data
2.      Waktu Pelaksanaan
3.      Objek Penelitian
4.      Teknik Pengumpulan Data
5.      Instrumen
B.     Metode Penulisan
1.      Sistematika
2.      Deskriptif




BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN
A.    Lokasi dan aksebilitas
B.     Sejarah gunung Bromo dan kawahnya
C.     Kebudayaan suku Tengger
D.    Pasir berbisik dan bukit Teletubies
                        BAB V PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

b.      Deskriptif
           Teknik penulisan pada laporan yang disusun oleh penulis ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu menjelaskan seluruh fenomena yang penulis dapatkan dari berbagai sumber data yang telah penulis lakukan, yaitu dengan mencari data - data sebagai pendukung dalam penulisan laporan ini, serta dengan observasi sehingga penulis dapat tahu secara langsung mengenai Jawa Timur.
          Dari berbagai sumber data tersebut penulis dapat menyusun laporan dengan didukung oleh berbagai data-data yang dapat menambah pembahasan, sehingga laporan yang disusun oleh  penulis lebih diperjelas.





BAB IV
ISI DAN PEMBAHASAN
A.    LOKASI DAN AKSESBILITAS GUNUNG BROMO
Posisi lokasi gunung Bromo tepat berada di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT. Namun dengan letak gunung Bromo ini oleh pemerintah dijadikan sebagai perbatasan 4 wilayah kabupaten di Jawa Timur. Gunung Bromo menjadi salah satu wisata di Jawa Timur yang paling menjadi sorotan ketika musim liburan datang. Karena gunung ini sangat memiliki keistimewaan yaitu satu satunya gunung yang memiliki sunrise terbaik dan lautan pasir yang luas membentang di sekitar gunung Bromo seluas 10 km persegi. Bisa dibayangkan betapa indahnya pesona keindahan gunung Bromo.
Gunung Bromo termasuk bagian salah satu gunung yang berada di komplek pegunungan Tengger. Pada hamparan pasir yang sangat luas (Laut Pasir) dengan gunung-gunung ditengahnya yaitu gunung Bromo (2.392 m dpl), gunung Batok (2. 440 m dpl), gunung Widodaren (2. 614 m dpl), gunung Watangan (2.601 m dpl) dan gunung Kursi (2.581 m dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan 60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter.
Akses menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari kota Surabaya bisa ditemput dari 4 jalur yaitu dari Malang, Pasuruan, Tongas-Probolinggo dan Lumajang.
Jalur ke Bromo dari Kabupaten  Probolinggo:
1.      Tongas – Lumbang – Sukapura –  Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo.
2.      Ketapang – Patalan – Sukapura – Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo
Jalur ke Bromo dari Kabupaten Malang: 
1.       Tumpang – Gubuk Klakah – Jemplang -Penanjakan –  Gunung Bromo

Jalur ke Bromo dari Kabupaten  Pasuruan:
1.      Wonorejo – Warungdowo –  Tosari – Wonokitri – Pananjakan – Gunung Bromo

Jalur ke Bromo dari Kabupaten Lumajang:
1.      Senduro – Bumo – Ranu Pane – Gunung Bromo

B.     SEJARAH GUNUNG BROMO DAN KAWAHNYA
Di daerah sekitar gunung Bromo berkembang legenda Suku Tengger yaitu dimana ada keluarga dari Rara Anteng dan Joko Seger, tapi penulis tidak akan menyertakan ke dalam karya tulis ilmiah ini. Karena legenda itu kemungkinan besar hanyalah cerita fiktif belaka. Menurut sejarah terbentuknya gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling berimpitan satu sama lain. Gunung Tengger (4.000 m dpl) yang merupakan gunung terbesar dan tertinggi pada waktu itu.    
Kemudian terjadi letusan kecil, materi vulkanik terlempar ke tenggara sehingga membentuk lembah besar dan dalam sampai Desa Sari Kerep. Letusan dahsyat kemudian menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari delapan kilometer. Karena dalamnya kaldera, materi vulkanik letusan lanjutan tertumpuk di dalam dan sekarang menjadi lautan pasir dan diduga dulu kala pernah terisi oleh air dan kemudian aktivitas lanjutan adalah munculnya lorong magma ditengah kaldera sehingga muncul gunung-gunung baru antara lain lautan pasir, gunung Widodaren, gunung Watangan, gunung Kursi, gunung Batok dan gunung Bromo.
Sedangkan sejarah letusan gunung Bromo selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1974 sedangkan letusan terakhir terjadi pada tahun 2004.
C.     KEBUDAYAAN SUKU TENGGER
Tengger adalah sebuah kota atau desa yang berada di bawah kaki gunung Bromo Jawa Timur. Pada awalnya tahun 100 SM orang-orang Hindu Waisya yang beragama Brahma bertempat tinggal di pantai-pantai yang sekarang dinamakan dengan Kota Pasuruan dan Probolinggo. Setelah Islam mulai masuk di jawa pada tahun 1426 SM dan keberadaan mereka mulai terdesak maka mereka mencari daerah yang sulit dijangkau oleh manusia (pendatang) yaitu di daerah pegunungan Tengger, pada akhirnya mereka membentuk kelompok yang di kenal sebagai tiang tengger (orang tengger).
Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman gunung Bromo yang terletak di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial masyarakat, daerah persebaran suku Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane kecamatan Senduro), Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan.
Pada awal abad ke-16 para pemuja Brahma di Tengger kedatangan  orang Hindu Parsi ( Parsi berasal dari kata Persia, yaitu “wilayah di sekitar laut Iran” ). Oleh karena itu beralihlah agama mereka dari Brahma ke agama Parsi ( Hindu Parsi ). Semua petangan-petangan atau ngelmu-ngelmu yang dimiliki orang Tengger ternyata masih berasal dari pemujaan terhadap matahari, bulan, bintang-bintang sebagai pengendali dari keempat unsur utama : api, air, tanah, udara.

Akan tetapi pada saat ini petangan dan ngelmu yang mereka miliki juga dilakukan oleh penduduk Tengger yang beragama Islam, karena nenek moyang mereka beragama Hindu Parsi.
Dalam hal ini orang Tengger Islam masih menganut kepercayaan ngelmu yang berkaitan dengan penentuan “hari baik” dan “hari buruk” untuk tujuan umum maupun khusus. Juga kepercayaan pada waktu-waktu yang baik dan buruk yang terdapat dalam satu hari serta kepercayaan akan kekuatan-kekuatan bila melakukan suatu tindakan. Tindakan khusus misalnya akan dilakukan ketika meninggalkan rumah, dan syarat syarat penolakan terhadap mara bahaya yang mungkin timbul didalam perjalanan.
Mereka masih dapat ditemukan di 24 lebih desa yang berada disana seperti Tosari, Ngadiwana, Ngadirejo, Nongkojajar, Ngadisari dan sebagainya, paling utama yang masih berada di wilayah Pasuruan dan Probolinggo dan secara antropologis mereka dapat di kelompokkan  ke dalam golongan Badui dan Bali.
Orang Tengger atau orang-orang pegunungan merupakan sebuah kelompok khusus karena mereka merupakan keturunan terakhir dari peradaban Majapahit pada akhir masa periodenya. Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku Tengger, mereka berasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putri dari Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama suku Tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger.
Legenda tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang berjanji pada Dewa untuk menyerahkan putra bungsu mereka, Raden Kusuma merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo di Tengger. Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli orang jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar gunung Bromo dan Semeru.
Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger. Mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang dianut berbeda dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma. Hindu yang berkembang di masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana. Selain agama Hindu, agama lain yang dipeluk adalah agama Islam, Protestan, Kristen, dll.
Hindu yang dianut, setiap tahun mereka melakukan upacara Kasodo. Berdasarkan ajaran agama Upacara Kasada (Hari Raya Yadnya Kasada) atau Kasodo yaitu suatu upacara adat suku Tengger yang dilakukan setiap tahun sekali (penanggalan agama Hindu Tengger) yaitu ketika sudah memasuki bulan Kasada dan tepatnya pada hari ke 14 . Upacara Yadnya Kasada berupa pemberian sesajen untuk sesembahan yaitu Sang Hyang Widhi dan para leluhur Suku Tengger ( Dewi Roro Anteng dan Joko Seger).
Lokasi upacara adat suku Tengger ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di lautan pasir Bromo dam dekat dengan kaki gunung Bromo. Upacara adat Yadnya Kasada suku Tengger atau hari raya kasada dilakukan pada tengah malam dan selesai pada dini hari. Upacara adat suku Tengger ini bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar gunung Bromo.
Pada festival ini masyrakat suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa hasil panen seperti sayuran, buah-buahan, atau hewan ternak seperti ayam atau kambing bahkan ada juga yang melemparkan uang ke kawah gunung tersebut. Ini adalah upacara adat yang hanya dimiliki oleh suku Tengger Bromo dan tidak ada lagi Upacara Kasada yang serupa di seluruh dunia. Walaupun ada di Bali tapi upacaranya berbeda.
D.    PASIR BERBISIK dan BUKIT TELETUBIES
-          Pasir Berbisik
Pasir Berbisik merupakan lautan pasir yang berada di atas ketinggian. Lautan pasir ini terbentang 10 km dan berada tak jauh dari tangga menuju kawah gunung Bromo. Penduduk setempat menyebutnya sebagai segara Wedi. Nama pasir berbisik adalah nama yang diberikan karena tempat ini pernah menjadi lokasi syuting film dengan judul yang sama.
Selain itu, saat angin berhembus, pasir akan berterbangan dan menimbulkan bunyi lirih seperti suara orang yang sedang berbisik. Untuk dapat menikmati keindahan pasir berbisik ini, anda bisa berjalan kaki menyusuri butiran pasirnya atau dengan menyewa kuda yang telah siap sekitar lokasi. Jangan lupa memakai masker penutup mulut dan kacamata lebar. Hal ini dikarenakan pasir yang berterbangan tertiup angin bisa mengganggu kenyamanan anda.
-          Bukit Teletubbies
Bukit Teletubbies sebenarnya merupakan padang rumput dan perbukitan berada di sebelah selatan dari gunung Bromo. Bentuknya yang menyerupai sebuah kubah raksasa. Tidak hanya keindahan gunungnya saja, selama perjalanan di kawasan wisata gunung Bromo ini, indahnya  panorama alam di sekitarnya itu seakan senantiasa menyapa kita tiada hentinya. Gunung Bromo ini berada di Kabupaten Probolinggo yang bisa ditempuh daru Pasuruan, Probolinnggo, dan Lumanjang.
Di seberang Bukit Teletubbies juga terdapat daratan tinggi yang pemandangannya tidak kalah indahnya. Dataran tinggi yang juga di selimuti kabut dan awan putih sebagai penghiasnya. Dan jika ditelusuri lebih dalam lagi nanti akan nampak gunung Semeru. Bagi para petualang dan pendaki gunung berjalan kaki Bromo ke Semeru menjadi tantangan tersendiri. Bagi yang awam cukup melihat dari kejauhan saja, dan bisa dibantu dengan naik jeep.
Kawasan Bromo merupakan daerah wisata primadona bagi Jawa Timur dan Indonesia. Daerah itu bisa menjadi inspirasi bagi tujuan yang lain, pembuatan lokasi film misalnya, seperti Pasir Berbisik itu. Dan juga dapat membuat momen tersendiri dengan dihubungkan setting seperti tempat acara teletubbies, dan terdapat padanannya yang ada di kawasan Bromo.
Semua akan menambah daya tarik tersendiri dan dapat memaksimalkan segala potensi yang ada. Pengemasan yang baik akan mendorong wisatawan mengunjungi kawasan Bromo. Tidak sekedar melihat matahari terbit atau mendaki gunung. Tetapi dapat mengunjungi suatu tempat yang unik yang kebetulan menjadi terkenal karena pernah menjadi lokasi film atau mirip pemandangan pada acara televisi yang terkenal.
Kita berharap Bukit Teletubbies ini bisa terawat dengan baik. Banyaknya wisatawan yang datang semoga pihak pengelola dapat menjaga dan mempertahankan perbukitan yang asri oleh rerumputan dan tanaman perdu itu, yang memang disitulah terletak daya tariknya. Hamparan bukit hijau yang luas seolah menjadi penyeimbang dari kawasan Bromo yang lain dengan lautan pasirnya. Pertama melihat lautan pasir tak terdapat tetumbuhan diantaranya, hanya tampak hamparan pasir yang kehitaman. Setelah melihat “kegersangan” maka mata kita terasa “adem” kembali dengan melihat bukit teletubbies yang hijau asri itu.




BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari berbagai analisis dan data yang penulis peroleh tentang objek wisata gunung Bromo dapat disimpulkan :
1.       Lokasi gunung Bromo berada di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang.
2.      Sejarah gunung Bromo menurut sejarah terbentuknya gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling berimpitan satu sama lain.
3.      Kebudayaan suku Tengger, suku Tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger.
4.      Pasir berbisik dan bukit teletubies adalah suatu wisata alam yang ada di sekitar kawah Bromo.

B.     SARAN
Sebagai penutup dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:
1.      Untuk masyarakat umum
Hendaknya masyarakat ataupun wisatawan yang hendak pergi ke gunung Bromo diharapkan dapat menjaga kebersihan wisata atau gunungya. Jangan membuang sampah sembarangan.
2.      Untuk Sekolah
Sebaiknya sekolah lebih mengawasi siswa-siswinya agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, dan untuk acara study tour selanjutnya diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan.
3.      Untuk Siswa
Untuk siswa sebaiknya menjaga kebersihan dan selalu menaati peraturan yang ada di gunung Bromo
DAFTAR PUSTAKA
























LAMPIRAN-LAMPIRAN

                                    Gambar 1 : Pasir Berbisik Bromo
                                    Gambar 2 : Kawah Gunung Bromo

                        Gambar 3 : Bukit Penanjakan Kawah Bromo

                        Gambar 4 : Tangga Penanjakan Kawah Bromo

                                                Gambar 5 : Bukit Teletubies

                                    Gambar 6 : Sunrise Gunung Bromo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar