BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG PEMILIHAN JUDUL
Kunjungan wisata adalah suatu kegiatan rutin yang
diadakan oleh SMAN 1 SIDAREJA karena bertujuan untuk media pembelajaran dan
rekreasi. Selain itu juga kunjungan wisata ini dapat mengembangkan cinta terhadap
tanah air, dan mempunyai rasa bangga terhadap apa yang sudah dimiliki oleh negara
Indonesia ini. Lain halnya dengan tahun ajaran sebelumnya kunjungan wisata
tahun ini berbeda dengan tahun ajaran sebelumnya.
Dimana pada tahun sebelumya melaksanakan studi wisata ke pulau Bali, dan pada tahun
ajaran ini studi wisata dilaksanakan masih didaerah pulau Jawa yaitu tepatnya
di Jawa Timur. Dengan mengunjungi obyek sebagai berikut : Gunung dan Kawah
Bromo, Jatim Park 1, Museum Angkut, dan Petik Apel Malang. Kota Batu adalah
salah satu kota di Jawa Timur yang merupakan kota wisata tidak kalah dengan
keindahan pulau Dewata, keindahan wisata batu juga sangat memikat hati para
wisatawan.
Membuat kita semakin bersyukur atas anugrah Tuhan
Yang Maha Esa. Salah satu obyek wisata yang sangat memikat hati penulis adalah
Keunikan Gunung Bromo dan Budaya Masyarakatnya. Oleh karena itu penulis
tertarik pada obyek ini sehingga penulis menulis Pemaparan studi wisata ini
dengan judul “Keunikan Gunung Bromo dan Budaya Masyarakatnya”. Pemandangan ini
jarang ditemukan dikota-kota lainya, pemandangan alam yang sejuk dan indah
serta budaya yang berbeda yang dimiliki oleh penduduknya sehingga tak heran turis-turis
mancanegara berkunjung ketempat ini.
B. PENEGASAN
JUDUL/ ARTI JUDUL
Lokasi dan letak
obyek wisata gunung Bromo terkenal dengan keindahan sunrise
atau matahari terbitnya, namun ada keunikan lain dari gunung ini yaitu adanya
lautan pasir berbentuk kaldera yang luas yang berada di atas gunung.
Selain melihat keindahan matahari terbit dari puncak penanjakan 1 Bromo
serta kawah gunung Bromo
yang mengeluarkan asap belerang putih yang terkenal tersebut. Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta:
Brahma, salah seorang dewa utama
Hindu),
merupakan gunung berapi yang masih aktif dan
paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur.
Gunung Bromo
menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung
Bromo mempunyai ketinggian 2.392
meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten
Probolinggo, Pasuruan,
Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh gunung Bromo bertautan
antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10
kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ±
800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah
bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan laporan perjalanan studi wisata ini antara
lain :
1. Mengetahui
lokasi gunung Bromo.
2. Mengetahui
sejarah terbentuknya gunung Bromo dan kawahnya.
3. Mengetahui
keadaan penduduk baik dari segi sosial dan non sosial.
4. Mengerti
tentang budaya-budaya masyarakat asli sekitar gunung Bromo.
D. MANFAAT
PENULISAN
Manfaat dari kegiatan ini
kami dapat memperoleh banyak informasi tentang pengetahuan mengenai tempat
wisata di Indonesia khususnya Jawa Timur sebagai berikut :
1.
Menambah wawasan
bagi peneliti untuk mengetahui tentang wisata Bromo, Malang, dan sekitarnya.
2.
Memberi kepuasan
jasmani dan rohani.
3.
Memberi
informasi kepada pembaca tentang provinsi Jawa Timur.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LETAK GEOGRAFI PROVINSI JAWA TIMUR
Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, Jawa Timur terletak di pulau Jawa bagian
paling timur. Jawa Timur terletak antara
111,0′ BT hingga 114,4′ BT dan garis lintang 7,12” LS dan 8,48 ‘LS dengan luas wilayah 47.157,72
.Secara
umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu Jawa Timur daratan
dengan proporsi lebih luas hampir mencakup 90%
dari seluruh luas wilayah Propinsi Jawa Timur dan wilayah kepulauan Madura yang
hanya sekitar 10 % saja. Jawa Timur
mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tak bernama,
dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 Km.
B. BUDAYA
MASYARAKAT JAWA TIMUR
Jawa Timur terdiri dari beberapa suku
atau ras yaitu : Suku Jawa sekitar 79%, Suku Madura sekitar 18%, Suku Osing
sekitar 1%, dan Tionghoa sekitar 1%. Sedangkan agama yang dianut masyarakatnya
yaitu Agama Islam sekitar 96,36%, Agama Kristen 1,70%, Agama Katholik 0,62%,
Agama Budha 0,16%, Agama Hindu 0,30%, Konghucu 0,02%, dan Lain-lain 0,01%. Sehingga
tidak heran dengan begitu ragamnya suku maupun agama yang menimbulkan budaya
yang berbeda-beda antar tempat di Provinsi Jawa Timur. Budaya masyarakat Jawa
Timur pun tidak jauh berbeda dengan Provinsi Yogyakarta seperti halnya : tingkepan (upacara usia kehamilan
tujuh bulan bagi anak pertama), babaran
(upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran
(upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Ada juga upacara kasada didaerah dekat kawah Bromo yang dilaksanakan oleh
para pemeluk agama Hindu yang tersisih karena kedatangya agama Islam di
Provinsi Jawa Timur, yang lebih dikenal dengan nama Suku Tengger. Suku Tengger
adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu umumnya
yang memiliki candi-candi sebagai tempat
peribadatan. Untuk melakukan peribadatan maka mereka akan melakukannya di
punden, danyang dan poten.
C. POTENSI
PARIWISATA JAWA TIMUR
Jawa Timur merupakan
salah satu provinsi yang kaya akan pariwisatanya baik alami maupun buatan.
Apalagi Jawa Timur dikenal dengan adanya wisata batu, dan dapat diketahui
wilayah Jawa Timur 90% adalah daratan tidak heran ada sebuah pegunungan yang
siap memanjakan mata jika melihatnya.
Tempat wisata yang
alami contohnya : gunung Ijen dan gunung
Bromo, kawah Ijen, air terjun Coban Dudo dan air terjun Sedudo, Goa Tabuhan di
Pacitan, Taman Safari, Pantai Plengkung
di Banyuwangi dan masih ada banyak yang lainya. Sedangkan tempat wisata yang
buatan misalnya : Jatim Park 1 dan 2,
Museum Angkut yang baru-baru ini dibuka sekitar bulan Maret 2014, Batu Night Spectacular (BNS) dan masih banyak
lagi berbagai tempat wisata buatan di Provinsi Jawa Timur.
Tapi paling banyak yang
dikunjungi oleh para wisatawan adalah gunung Bromo, selain wisatan local lokasi
ini juga dikenal oleh manca negara. sejarah gunung
Bromo.
Legenda Bromo tengger wiisata Bromo.
Konon pada jaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari
berbagai daerah penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal
hingga pada akhirnya mereka terpisah menjadi dua bagian yan pertama menuju ke
gunung Bromo, kedua menuju Bali.
Kedua tempat ini sampai sekarang mempunyai dua
kesamaan yaitu sama-sama menganut kepercayaan beragama Hindu. Disebut suku
Tengger di kawasan gunung Bromo, nama tengger berasal dari legenda
Roro Anteng juga Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu.
“Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger”
dan gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya
sebagai gunung Brahma. Orang Jawa kemudian menyebutnya gunung Bromo.
Banyak juga tempat-tempat wisata
kuliner yang berada di Jawa Timur misalnya warung sate madura. Sate Madura
sangat terkenal sebagai masakan yang berasal dari Madura yang enak. Atau ada
onde-onde mojokerto.
BAB III
METODOLOGI
A. METODE
PENGUMPULAN DATA
1. Sumber
Data
Data
– data yang penulis peroleh berasal dari beberapa sumber yang dapat dipercaya
kebenarannya. Sumber tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kunjungan
objek secara langsung.
b. Internet
Data - data mengenai Keunikan
Gunung Bromo dan Budaya Masyarakatnya bersumber dari situs–situs tertentu di
Internet.
2. Waktu
Pelaksanaan
Laporan studi
wisata ini, disusun berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama kegiatan
studi wisata ke Bromo dan Malang yang dilaksanakan pada :
Hari :
Senin- Kamis
Tanggal : 05
Januari 2015 s/d 08 Januari 2015.
3. Objek
Penelitian
Obyek
yang dikunjungi rombongan peserta studi wisata SMA Negeri 1 Sidareja adalah Gunung
Bromo dan Kawahnya, Jatim Park 1, Wisata Petik Apel, dan Museum Angkut. Tapi
penulis memfokuskan penelitian pada objek wisata Gunung Bromo dan Kawahnya.
.
4. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan studi wisata ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data berupa :
a.
Metode
Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan mengamati obyek
wisata secara langsung.
b.
Metode Studi
Pustaka
Metode Studi
Pustaka digunakan untuk menambah dan melengkapi informasi sebagai keterangan
tambahan, penulis juga menggunakan data-data yang berasal dari selebaran dan
internet mengenai obyek wisata yang dikunjungi.
c. Metode
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara
dari penulis untuk mendokumentasikan gambar-gambar obyek wisata di Jawa Timur
dan mencari informasi tambahan di internet.
5. Instrumen
Dalam mengumpulkan data, penulis dibantu
oleh alat - alat yang mendukung dalam
proses pengumpulan data, alat-alat tersebut antara lain:.
1. Instrumen
observasi secara langsung
a. HP
kamera untuk mendapatkan foto yang berkaitan dengan obyek yang akan dilaporkan
oleh penulis.
b. Berbagai
alat tulis yang digunakan.
2. Instrumen
yang digunakan untuk pencarian lewat Internet
a. Komputer.
b. Mesin
pencetak digunakan untuk mencetak data
yang telah diperoleh melalui internet
atau dengan pengetikan.
B. METODE
PENULISAN
a.
Sistematika
Dalam pembuatan laporan perjalanan
ini, penulis menggunakan metode sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemilihan Judul
B.
Penegasan Judul
C.
Rumusan Masalah
D.
Tujuan Penelitian
E.
Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Letak Geografis
Provinsi Jawa Timur
B.
Budaya Masyarakat Jawa Timur
C.
Potensi Pariwisata Jawa Timur
BAB III METODOLOGI
A. Metode
Pengumpulan Data
1. Sumber
Data
2. Waktu
Pelaksanaan
3. Objek
Penelitian
4. Teknik
Pengumpulan Data
5. Instrumen
B. Metode
Penulisan
1. Sistematika
2. Deskriptif
BAB
IV ISI DAN PEMBAHASAN
A.
Lokasi dan aksebilitas
B.
Sejarah gunung Bromo dan kawahnya
C.
Kebudayaan suku Tengger
D.
Pasir berbisik dan bukit Teletubies
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
b. Deskriptif
Teknik penulisan pada laporan yang
disusun oleh penulis ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu menjelaskan
seluruh fenomena yang penulis dapatkan dari berbagai sumber data yang telah
penulis lakukan, yaitu dengan mencari data - data sebagai pendukung dalam
penulisan laporan ini, serta dengan observasi sehingga penulis dapat tahu
secara langsung mengenai Jawa Timur.
Dari
berbagai sumber data tersebut penulis dapat menyusun laporan dengan didukung
oleh berbagai data-data yang dapat menambah pembahasan, sehingga laporan yang
disusun oleh penulis lebih diperjelas.
BAB IV
ISI DAN PEMBAHASAN
A. LOKASI
DAN AKSESBILITAS GUNUNG BROMO
Posisi lokasi gunung Bromo tepat berada di antara wilayah administrasi
Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06′ LS dan
120°55′ BT. Namun dengan letak gunung Bromo ini oleh pemerintah dijadikan
sebagai perbatasan 4 wilayah kabupaten di Jawa Timur. Gunung Bromo menjadi
salah satu wisata di Jawa Timur yang paling menjadi sorotan ketika musim liburan
datang. Karena gunung ini sangat
memiliki keistimewaan yaitu satu satunya gunung yang memiliki sunrise terbaik
dan lautan pasir yang luas membentang di sekitar gunung Bromo seluas 10 km
persegi. Bisa dibayangkan betapa indahnya pesona keindahan gunung Bromo.
Gunung Bromo termasuk
bagian salah satu gunung yang berada di komplek pegunungan Tengger. Pada
hamparan pasir yang sangat luas (Laut Pasir) dengan gunung-gunung ditengahnya
yaitu gunung Bromo (2.392 m dpl), gunung Batok (2. 440 m dpl), gunung Widodaren
(2. 614 m dpl), gunung Watangan (2.601 m dpl) dan gunung Kursi (2.581 m dpl).
Dinding kaldera yang mengelilingi laut pasir sangat terjal dengan kemiringan
60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200-600 meter.
Akses menuju Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru dari kota Surabaya bisa ditemput dari 4 jalur yaitu dari
Malang, Pasuruan, Tongas-Probolinggo dan Lumajang.
Jalur ke
Bromo dari Kabupaten Probolinggo:
1.
Tongas – Lumbang
– Sukapura – Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo.
2.
Ketapang –
Patalan – Sukapura – Ngadisari- Cemoro Lawang – Gunung Bromo
Jalur ke
Bromo dari Kabupaten Malang:
1.
Tumpang – Gubuk Klakah – Jemplang -Penanjakan
– Gunung Bromo
Jalur ke
Bromo dari Kabupaten Pasuruan:
1.
Wonorejo –
Warungdowo – Tosari – Wonokitri – Pananjakan – Gunung Bromo
Jalur ke
Bromo dari Kabupaten Lumajang:
1.
Senduro – Bumo –
Ranu Pane – Gunung Bromo
B.
SEJARAH GUNUNG BROMO DAN KAWAHNYA
Di daerah sekitar gunung Bromo berkembang legenda
Suku Tengger yaitu dimana ada keluarga dari Rara Anteng dan Joko Seger, tapi
penulis tidak akan menyertakan ke dalam karya tulis ilmiah ini. Karena legenda
itu kemungkinan besar hanyalah cerita fiktif belaka. Menurut sejarah terbentuknya
gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling berimpitan
satu sama lain. Gunung Tengger (4.000 m dpl) yang merupakan gunung terbesar dan
tertinggi pada waktu itu.
Kemudian terjadi letusan kecil, materi vulkanik
terlempar ke tenggara sehingga membentuk lembah besar dan dalam sampai Desa
Sari Kerep. Letusan dahsyat kemudian menciptakan kaldera dengan diameter lebih
dari delapan kilometer. Karena dalamnya kaldera, materi vulkanik letusan
lanjutan tertumpuk di dalam dan sekarang menjadi lautan pasir dan diduga dulu
kala pernah terisi oleh air dan kemudian aktivitas lanjutan adalah munculnya
lorong magma ditengah kaldera sehingga muncul gunung-gunung baru antara lain
lautan pasir, gunung Widodaren, gunung Watangan, gunung Kursi, gunung Batok dan
gunung Bromo.
Sedangkan sejarah letusan gunung Bromo
selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus
sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur yaitu 30 tahun. Letusan
terbesar terjadi pada tahun 1974 sedangkan letusan terakhir terjadi pada tahun
2004.
C.
KEBUDAYAAN SUKU TENGGER
Tengger adalah sebuah kota atau desa yang berada di
bawah kaki gunung Bromo Jawa Timur. Pada
awalnya tahun 100 SM orang-orang Hindu Waisya yang beragama Brahma bertempat
tinggal di pantai-pantai yang sekarang dinamakan dengan Kota Pasuruan dan
Probolinggo. Setelah Islam mulai masuk di jawa pada tahun 1426 SM dan
keberadaan mereka mulai terdesak maka mereka mencari daerah yang sulit
dijangkau oleh manusia (pendatang) yaitu di daerah pegunungan Tengger, pada
akhirnya mereka membentuk kelompok yang di kenal sebagai tiang tengger (orang
tengger).
Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman
gunung Bromo yang terletak di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan
persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial masyarakat, daerah persebaran suku
Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane kecamatan Senduro),
Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan.
Pada awal
abad ke-16 para pemuja Brahma di Tengger kedatangan orang Hindu
Parsi ( Parsi berasal dari kata Persia,
yaitu “wilayah di sekitar laut Iran” ). Oleh karena itu beralihlah agama mereka
dari Brahma ke agama Parsi ( Hindu Parsi ). Semua petangan-petangan atau ngelmu-ngelmu yang dimiliki orang Tengger ternyata
masih berasal dari pemujaan terhadap matahari, bulan, bintang-bintang sebagai
pengendali dari keempat unsur utama : api, air, tanah, udara.
Akan
tetapi pada saat ini petangan dan ngelmu yang mereka miliki juga dilakukan
oleh penduduk Tengger yang beragama Islam, karena nenek moyang mereka beragama
Hindu Parsi.
Dalam hal
ini orang Tengger Islam masih menganut kepercayaan ngelmu yang berkaitan dengan penentuan “hari baik” dan
“hari buruk” untuk tujuan umum maupun khusus. Juga kepercayaan pada waktu-waktu
yang baik dan buruk yang terdapat dalam satu hari serta kepercayaan akan
kekuatan-kekuatan bila melakukan suatu tindakan. Tindakan khusus misalnya akan
dilakukan ketika meninggalkan rumah, dan syarat syarat penolakan terhadap mara
bahaya yang mungkin timbul didalam perjalanan.
Mereka
masih dapat ditemukan di 24 lebih desa yang berada disana seperti Tosari,
Ngadiwana, Ngadirejo, Nongkojajar, Ngadisari dan sebagainya, paling utama yang
masih berada di wilayah Pasuruan dan Probolinggo dan secara antropologis mereka
dapat di kelompokkan ke dalam golongan Badui dan Bali.
Orang Tengger
atau orang-orang pegunungan merupakan sebuah kelompok khusus karena mereka
merupakan keturunan terakhir dari peradaban Majapahit pada akhir masa
periodenya. Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku
Tengger, mereka berasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putri dari
Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama suku Tengger
diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro
Anteng dan “Ger” dari Joko Seger.
Legenda
tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang berjanji pada Dewa untuk menyerahkan
putra bungsu mereka, Raden Kusuma merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo
di Tengger. Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli
orang jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya
Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam
dengan kerajaan-kerajaan yang ada di jawa, salah satunya adalah Majapahit yang
merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke
wilayah Bali dan pedalaman di sekitar gunung Bromo dan Semeru.
Mereka yang
berdiam di sekitar pedalaman gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang
namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko
Seger. Mayoritas
masyarakat Tengger memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang dianut berbeda
dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma. Hindu yang berkembang di
masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana. Selain agama Hindu, agama lain yang
dipeluk adalah agama Islam, Protestan, Kristen, dll.
Hindu yang dianut, setiap tahun mereka melakukan
upacara Kasodo. Berdasarkan ajaran agama Upacara Kasada (Hari Raya Yadnya Kasada) atau
Kasodo yaitu suatu upacara adat suku Tengger yang dilakukan setiap tahun sekali
(penanggalan agama Hindu Tengger) yaitu ketika sudah memasuki bulan Kasada dan
tepatnya pada hari ke 14 . Upacara Yadnya Kasada berupa pemberian sesajen untuk
sesembahan yaitu Sang Hyang Widhi dan para leluhur Suku Tengger ( Dewi Roro
Anteng dan Joko Seger).
Lokasi upacara adat suku Tengger ini digelar di Pura
Luhur Poten, tepat di lautan pasir Bromo dam dekat dengan kaki gunung Bromo.
Upacara adat Yadnya Kasada suku Tengger atau hari raya kasada dilakukan pada
tengah malam dan selesai pada dini hari. Upacara adat suku Tengger ini
bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar
gunung Bromo.
Pada festival ini masyrakat suku Tengger akan
melemparkan sesajen berupa hasil panen seperti sayuran, buah-buahan, atau hewan
ternak seperti ayam atau kambing bahkan ada juga yang melemparkan uang ke kawah
gunung tersebut. Ini adalah upacara adat yang hanya dimiliki oleh suku Tengger
Bromo dan tidak ada lagi Upacara Kasada yang serupa di seluruh dunia. Walaupun
ada di Bali tapi upacaranya berbeda.
D.
PASIR
BERBISIK dan BUKIT TELETUBIES
-
Pasir
Berbisik
Pasir Berbisik
merupakan lautan pasir yang berada di atas ketinggian. Lautan pasir ini
terbentang 10 km dan berada tak jauh dari tangga menuju kawah gunung Bromo.
Penduduk setempat menyebutnya sebagai segara Wedi. Nama pasir berbisik adalah
nama yang diberikan karena tempat ini pernah menjadi lokasi syuting film dengan
judul yang sama.
Selain itu, saat angin
berhembus, pasir akan berterbangan dan menimbulkan bunyi lirih seperti suara
orang yang sedang berbisik. Untuk dapat menikmati keindahan pasir berbisik ini,
anda bisa berjalan kaki menyusuri butiran pasirnya atau dengan menyewa kuda
yang telah siap sekitar lokasi. Jangan lupa memakai masker penutup mulut dan
kacamata lebar. Hal ini dikarenakan pasir yang berterbangan tertiup angin bisa
mengganggu kenyamanan anda.
-
Bukit Teletubbies
Bukit Teletubbies
sebenarnya merupakan padang rumput dan perbukitan berada di sebelah selatan
dari gunung Bromo. Bentuknya yang menyerupai sebuah kubah raksasa. Tidak hanya
keindahan gunungnya saja, selama perjalanan di kawasan wisata gunung Bromo ini,
indahnya panorama alam di sekitarnya itu seakan senantiasa menyapa kita
tiada hentinya. Gunung Bromo ini berada di Kabupaten Probolinggo yang bisa
ditempuh daru Pasuruan, Probolinnggo, dan Lumanjang.
Di seberang Bukit Teletubbies
juga terdapat daratan tinggi yang pemandangannya tidak kalah indahnya. Dataran
tinggi yang juga di selimuti kabut dan awan putih sebagai penghiasnya. Dan jika
ditelusuri lebih dalam lagi nanti akan nampak gunung Semeru. Bagi para
petualang dan pendaki gunung berjalan kaki Bromo ke Semeru menjadi tantangan
tersendiri. Bagi yang awam cukup melihat dari kejauhan saja, dan bisa dibantu
dengan naik jeep.
Kawasan
Bromo merupakan daerah wisata primadona bagi Jawa Timur dan Indonesia. Daerah
itu bisa menjadi inspirasi bagi tujuan yang lain, pembuatan lokasi film
misalnya, seperti Pasir Berbisik itu. Dan juga dapat membuat momen tersendiri
dengan dihubungkan setting
seperti tempat acara teletubbies, dan terdapat padanannya yang ada di kawasan
Bromo.
Semua akan
menambah daya tarik tersendiri dan dapat memaksimalkan segala potensi yang ada.
Pengemasan yang baik akan mendorong wisatawan mengunjungi kawasan Bromo. Tidak
sekedar melihat matahari terbit atau mendaki gunung. Tetapi dapat mengunjungi
suatu tempat yang unik yang kebetulan menjadi terkenal karena pernah menjadi
lokasi film atau mirip pemandangan pada acara televisi yang terkenal.
Kita
berharap Bukit Teletubbies ini bisa terawat dengan baik. Banyaknya wisatawan
yang datang semoga pihak pengelola dapat menjaga dan mempertahankan perbukitan
yang asri oleh rerumputan dan tanaman perdu itu, yang memang disitulah terletak
daya tariknya. Hamparan bukit hijau yang luas seolah menjadi penyeimbang dari
kawasan Bromo yang lain dengan lautan pasirnya. Pertama melihat lautan pasir
tak terdapat tetumbuhan diantaranya, hanya tampak hamparan pasir yang
kehitaman. Setelah melihat “kegersangan” maka mata kita terasa “adem” kembali
dengan melihat bukit teletubbies yang hijau asri itu.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari berbagai analisis dan data
yang penulis peroleh tentang objek wisata gunung Bromo dapat disimpulkan :
1.
Lokasi gunung Bromo berada di antara
wilayah administrasi Kabupaten
Malang dan Lumajang.
2. Sejarah gunung Bromo menurut sejarah
terbentuknya gunung Bromo dan lautan pasir berawal dari dua gunung yang saling
berimpitan satu sama lain.
3. Kebudayaan
suku Tengger, suku Tengger diambil
dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro Anteng
dan “Ger” dari Joko Seger.
4. Pasir
berbisik dan bukit teletubies adalah suatu wisata alam yang ada di sekitar kawah
Bromo.
B. SARAN
Sebagai
penutup dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk
masyarakat umum
Hendaknya masyarakat
ataupun wisatawan yang hendak pergi ke gunung Bromo diharapkan dapat menjaga
kebersihan wisata atau gunungya. Jangan membuang sampah sembarangan.
2. Untuk
Sekolah
Sebaiknya sekolah lebih
mengawasi siswa-siswinya agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,
dan untuk acara study tour selanjutnya diharapkan meningkatkan kualitas
pelayanan.
3. Untuk
Siswa
Untuk siswa sebaiknya menjaga
kebersihan dan selalu menaati peraturan yang ada di gunung Bromo
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1 : Pasir Berbisik Bromo
Gambar 2 : Kawah Gunung
Bromo
Gambar
3 : Bukit Penanjakan Kawah Bromo
Gambar
4 : Tangga Penanjakan Kawah Bromo
Gambar 5 : Bukit Teletubies
Gambar 6 : Sunrise Gunung Bromo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar